Agama Islam Adalah Agama Rahmat
AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA RAHMAT
Oleh
Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat حفظه الله
Agama Islam adalah Agama Allâh Azza wa Jalla sebagaimana firman-Nya :
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ ﴿١﴾ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا ﴿٢﴾ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
Apabila datang pertolongan Allâh dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia masuk ke dalam Agama Allâh dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.[an-Nasr/110:1-3]
Firman Allâh Azza wa Jalla:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Apakah selain Agama Allâh (Islam) yang mereka cari? Padahal kepada-Nya berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan keta’atan maupun dengan terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan. [Ali Imrân/3:83].
Firman Allâh Azza wa Jalla :
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) Agama Allâh jika memang kamu beriman kepada Allâh dan hari akhir. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman keduanya disaksikan oleh segolongan dari orang-orang yang beriman. [an-Nûr/24:2].
Sedangkan Allâh Rabbul ‘alamin disifatkan dengan rahmah, dan rahmah-Nya sangat luas sekali meliputi segala sesuatu, baik bersifat umum untuk semua mahluk-Nya termasuk kaum kuffar maupun secara khusus hanya untuk hamba-hamba-Nya yang Mu’min saja. Rahmah-Nya mengalahkan kemurkaan dan kemarahan-Nya. Maka segala kebaikan dunia dan akherat adalah dari rahmah-Nya.
Firman Allâh Azza wa Jalla :
قُلْ لِمَنْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قُلْ لِلَّهِ ۚ كَتَبَ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Katakanlah, “Kepunyaan siapakah segala yang di langit dan di bumi ?” Katakanlah, “Kepunyaan Allâh.” Dia (Allâh) telah menetapkan atas Diri-Nya rahmah. Sungguh Dia akan mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan lagi terhadap (kejadian)nya. (Akan tetapi) orang-orang yang merugikan dirinya mereka tidak beriman (kepada hari kiamat)”. [al-An’âm/6:12].
Firman Allâh Azza wa Jalla:
وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ ۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۖ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Apabila datang kepadamu orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, maka katakanlah: “Salâmun ‘alaikum”. Rabbmu telah menetapkan atas Diri-Nya rahmah. Sesungguhnya barangsiapa di antara kamu yang mengerjakan kejahatan (dosa) dengan sebab kejahilan(nya)[1], kemudian sesudah itu dia bertaubat dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [al-An’âm/6:54].
Dua ayat yang mulia ini yang menjelaskan bahwa Rabbul ‘alamin telah menetapkan Diri-Nya rahmah telah ditafsirkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِيْ كِتَابِهِ وَهُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ وَهُوَ وَضْعٌ عِنْدَهُ عَلَى الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau telah bersabda, “Tatkala Allâh telah menciptakan mahluk Dia menulis di Kitab-Nya[2] dan Dia menulis atas Diri-Nya[3] dan tulisan itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy(Nya): Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemarahan-Ku“. [HSR. Bukhari (3194, 7404 –dan ini lafazhnya-, 7422, 7453, 7553 & 7554) dan Muslim (2751) dan lain-lain]
Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ ذُو الرَّحْمَةِ
Dan Rabbmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. [al-An’âm/6:133].
Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ
Dan Rabbmu Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat..[al Kahfi/17:58].
Firman Allâh Azza wa Jalla :
فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ رَبُّكُمْ ذُو رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ وَلَا يُرَدُّ بَأْسُهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ
Maka jika mereka mendustakanmu katakanlah: “Rabbmu mempunyai rahmat yang luas, dan azabnya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa“.[al-An’âm/6:147].
Kemudian beberapa hadits di bawah ini menjelaskan kepada kita akan luasnya rahmat Allâh sebagaimana beberapa firman Allâh di atas :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِيْنَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِيْ خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً. فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِيْ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنَ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِيْ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنَ النَّارِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata : Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allâh telah menciptakan seratus rahmat pada hari Dia menciptakannya. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang sembilan puluh sembilan rahmat, sedangkan yang satu rahmat Dia kirim (Dia berikan) untuk seluruh mahluk-Nya. Maka kalau sekiranya orang yang kafir itu mengetahui setiap rahmat yang ada di sisi Allâh, niscaya dia tidak akan pernah putus asa untuk memperoleh surga. Demikian juga kalau sekiranya orang mu’min itu mengetahui setiap azab yang ada di sisi Allâh, niscaya dia tidak akan pernah merasa aman dari masuk ke dalam neraka”. [HR Bukhari (6469 dan ini adalah lafazhnya) dan Muslim (2752)].
Dalam salah salah satu riwayat Bukhâri (6000) dengan lafazh sebagai berikut:
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ جُـزْءًا وَأَنْزَلَ فِي اْلأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيْبَهُ.
Bahwasanya Abu Hurairah telah berkata: Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Allâh telah menciptakan seratus bagian rahmat. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang sembilan puluh sembilan bagian, sedangkan yang satu bagian Dia turunkan ke bumi. Maka dari yang satu bagian itulah mahluk saling berkasih sayang, sehingga seekor kuda mengangkat kakinya karena khawatir mengenai (menginjak) anaknya”.
Adapun lafazh dari riwayat Imam Muslim sebagai berikut:
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ وَأَنْزَلَ فِي اْلأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ تَتَرَاحَمُ الْخَلاَئِقُ حَتَّى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيْبَهُ
Bahwasanya Abu Hurairah telah berkata: Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Allâh telah menciptakan seratus bagian rahmat. Maka Dia menahan di sisi-Nya yang sembilan puluh sembilan bagian, sedangkan yang satu bagian Dia turunkan ke bumi. Maka dari yang satu bagian itulah para mahluk saling berkasih sayang, sehingga seekor binatang mengangkat kakinya khawatir mengenai (menginjak) anaknya”.
Dan dalam salah satu riwayat yang lain bagi Imam Muslim dengan lafazh sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ، مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً بَيْنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ، فَبِهَا يَتَعَاطَفُوْنَ وَبِهَا يَتَرَاحَمُوْنَ وَبِهَا تَعْطِفُ الْوَحْشُ عَلَى وَلَدِهَا، وَأَخَّرَ اللَّهُ تِسْعًا وَتِسْعِيْنَ رَحْمَةً يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: ”Sesungguhnya Allâh mempunyai seratus rahmat yang Dia turunkan. Di antaranya satu rahmat (dibagi) di antara jin dan manusia serta semua binatang. Maka dengan sebab satu rahmat itulah mereka saling mengasihani dan berkasih sayang, dan dengan sebabnya binatang buas mengasihi anaknya. Dan Allâh menunda (pemberian) yang sembilan puluh sembilan rahmat lagi supaya berkasih sayang dengan sebabnya hamba-hamba-Nya[4] pada hari kiamat”.
Hadits yang sama dari jalan yang lain:
عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ فَمِنْهَا رَحْمَةٌ بِهَا يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ بَيْنَهُمْ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُوْنَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Dari Salman al Fârisiy, dia berkata: Telah bersabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ”Sesungguhnya Allâh mempunyai seratus rahmat. Maka di antaranya satu rahmat, yang dengan sebabnya maka berkasih sayanglah sekalian mahluk di antara mereka. Sedangkan yang sembilan puluh sembilan lagi (akan diturunkan) pada hari kiamat” [HR. Imam Muslim, no. 2753].
Dan dalam salah satu riwayat Muslim dengan lafazh sebagai berikut:
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ مِائَةَ رَحْمَةٍ، كُلُّ رَحْمَةٍ طِبَاقَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ فَجَعَلَ مِنْهَا فِي اْلأَرْضِ رَحْمَةً فَبِهَا تَعْطِفُ الْوَالِدَةُ عَلَى وَلَدِهَا وَالْوَحْشُ وَالطَّيْرُ بَعْضُهَا عَلَى بَعْضٍ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَكْمَلَهَا بِهَذِهِ الرَّحْمَةِ.
Dari Salman (al-Fârisiy), dia berkata: Telah bersabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ”Sesungguhnya Allâh telah menciptakan seratus rahmat pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap satu rahmat setingkat di antara langit dengan bumi. Maka Allâh telah menjadikan di bumi satu rahmat. Maka dengan sebab yang satu rahmat itulah seorang ibu mengasihi anaknya, dan juga binatang buas dan burung-burung sebagiannya (saling mengasihi) sebagian yang lainnya. Maka apabila datang hari kiamat Allâh akan menyempurnakan rahmat ini (yakni yang sembilan puluh sembilan lagi khusus untuk orang-orang mu’min)”.
Hadits yang lain lagi:
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِيْ إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟ قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ. فَقَالَ: الَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا
Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu (dia berkata), “Telah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam para tawanan perang wanita. Maka tiba-tiba di antara tawanan wanita itu ada seorang wanita yang menyusui. Maka apabila dia mendapati seorang bayi di dalam tawanan itu dia segera mengambilnya dan mendekapkannya keperutnya lalu dia menyusuinya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami, ”Apakah kamu mengira bahwa wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api ?”.
Kami menjawab: ”Tidak akan. Padahal dia mampu untuk tidak melemparkannya”.
Maka beliau bersabda, ”Allâh lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya dari wanita ini kepada anaknya”. [HR. Bukhari, no.5999 dan ini adalah lafazhnya) serta Muslim, no.2754].
Hadits yang lain lagi:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْعُقُوبَةِ مَا طَمِعَ بِجَنَّتِهِ أَحَدٌ، وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ مَا قَنَطَ مِنْ جَنَّتِهِ أَحَدٌ.
Dari Abu Hurairah (dia berkata): Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Kalau sekiranya orang Mu’min itu mengetahui siksaan yang ada di sisi Allâh, niscaya tidak ada seorangpun Mu’min yang berharap akan surga-Nya. Dan kalau sekiranya orang kafir itu mengetahui rahmat yang ada di sisi Allâh, niscaya tidak ada seorangpun kafir yang putus asa dari surga-Nya” [HR. Muslim, no. 2755].
Ketika kita telah mengetahui berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah, bahwa Agama Islam ini adalah Agama Allâh, dan Allâh Rabbul ‘alamin disifatkan dengan rahmat, sedangkan rahmat-Nya meliputi segala sesuatunya termasuk di dalamnya adalah Agama-Nya Islam, maka Agama Islam adalah Agama rahmat berdasarkan dalil-dalil naqliyyah dan aqliyyah sebagaimana beberapa catatan penting yang akan saya paparkan setelah ini, insyaa Allâhu Ta’ala. Tetapi sebelumnya, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu –untuk melapangkan jalan ilmiyyah risalah kita ini- keadaan manusia sebelum diutusnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
KEADAAN MANUSIA SEBELUM NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DIUTUS
Saudaraku, ketahuilah, sebelum Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam di utus untuk seluruh mahluk –manusia dan jin- dan menjadi rahmat bagi sekalian alam, sungguh Allâh telah sangat marah dan murka kepada penduduk bumi –Arabnya dan ‘ajam[5]nya- sebagaimana sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ: أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِيْ خُطْبَتِهِ: أَلاَ إِنَّ رَبِّيْ أَمَرَنِيْ أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِيْ يَوْمِيْ هَذَا.
كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلاَلٌ، وَإِنِّيْ خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ، فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوْا بِيْ مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا.
وَإِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ إِلاَّ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ…
Dari ‘Iyadh bin himaar al Mujâsyi’iy (dia berkata): Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda pada suatu hari di dalam khotbahnya, “Ketahuilah, sesungguhnya Rabbku telah memerintahkan kepadaku, agar aku mengajarkan kamu apa saja yang kamu tidak tahu dari apa-apa yang telah Dia ajarkan kepadaku pada hari ini”.
(Allâh berfirman), “Segala harta yang Aku berikan kepada hamba-Ku adalah halal. Dan sesungguhnya Aku telah ciptakan hamba-hamba-Ku semuanya mereka dalam keadaan bertauhid. Kemudian syaithan datang kepada mereka membawa pergi mereka dari agama (tauhid) mereka. Syaithan telah mengharamkan atas mereka apa saja yang Aku halalkan bagi mereka. Dan syaithan telah memerintahkan kepada mereka untuk melakukan kesyirikan kepada-Ku (menyekutukan-Ku), padahal Aku tidak pernah menurunkan keterangannya”.
(Beliau n bersabda), “Sesungguhnya Allâh melihat kepada penduduk bumi, maka Allâh telah sangat marahnya kepada mereka, baik kepada orang-orang Arabnya maupun orang-orang ‘ajamnya, kecuali sisa-sisa Ahli Kitab…”. [HR. Muslim, no. 2865 dan lain-lain]
Di dalam hadits yang mulia ini terdapat sejumlah ilmu, di antaranya saya sebutkan:
- Bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan segala sesuatunya kepada umatnya dari urusan agama mereka. Maka barangsiapa mengatakan, bahwa beliau belum mengajarkan ini dan itu dan seterusnya sehingga perlu ditambahkan oleh ra’yu mereka, maka sesungguhnya dia telah menuduh Nabi yang mulia n telah berkhianat kepada Rabbul ‘alamin dalam menyampaikan risalah-Nya dan amanat-Nya kepada umat manusia sebagaimana akan datang keluasannya di risalah kita ini tentang kesempurnaan agama Islam, insyaa Allâhu Ta’ala.
- Pengingkaran dari Rabbul ‘alamin kepada manusia seperti kepada kaum musyrikin yang telah mengharamkan beberapa jenis hewan yang Allâh telah halalkan. Dhâbith (ketentuan atau ketetapan)nya, bahwa apa saja yang Allâh dan Rasul-Nya telah halalkan tidak bisa menjadi haram karena diharamkan oleh manusia. Dhâbith (ketentuan atau ketetapan)nya lagi, bahwa yang halal dan haram adalah apa yang Allâh dan Rasul-Nya telah halalkan dan haramkan.
- Bahwa Rabbul ‘alamin telah menciptakan manusia berdasarkan agama tauhid (Islam) sebagaimana akan datang penjelasannya di risalah kita ini, insyaa Allâhu Subhanahu wa Ta’ala.
- Bahwa syaithan selalu menghalangi manusia dari agama asli mereka yaitu agama tauhid (Islam), dan mengajak mereka pergi meninggalkannya kepada agama-agama dan ajaran-ajaran buatan manusia yang intinya adalah penyembahan kepada syaithan.
- Sebelum Allâh mengutus hamba-Nya dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada zaman fatrah[6] –kekosongan para Rasul- manusia berada dalam kejahilan yang sangat dalam dan dalam kedurhakaan yang sangat besar, maka sungguh Allâh telah sangat marahnya kepada mereka –Arabnya dan ‘ajamnya- maka ketika itu manusia terbagi menjadi dua golongan:
Pertama: Ahli Kitab (=Yahudi dan Nashara).
Mereka telah kufur kepada Allâh, telah merobah agama Allâh, telah mentahrif[7] Kitab Allâh –Taurat dan Injil- dan mereka telah mengadakan penyembahan kepada manusia dan seterusnya dari kerusakan-kerusakan besar yang terjadi pada mereka. Kecuali sedikit sekali dari sisa-sisa Ahli Kitab –sebagaimana telah dikabarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits ini- yang masih berpegang dengan agama mereka yang haq (Islam) yang belum dirobah yang di bawa para Nabi dan Rasul mereka seperti Musa dan Isa shalawaatullah wa salaamuhu ‘alaihim.
Kedua: Bangsa Arab dan ‘ajam.
Mereka adalah kaum musyirikin dari bangsa Arab dan bangsa ‘ajam termasuk di dalam kaum filsafat Yunani, India dan Cina. Mereka telah kufur kepada Allâh, mereka telah beribadah kepada selain Allâh, mereka telah melakukan kesyirikan besar kepada Allâh, mereka telah mengadakan penyembahan kepada berbagai macam sesembahan yang mereka anggap baik dan mereka sangka bermanfa’at seperti kepada matahari, bulan, bintang-bintang, berhala-berhala, kubur-kubur dan lain sebagainya.
Demikianlah keadaan manusia ketika itu –Ahli Kitabnya dan umminya dari bangsa Arab dan ‘ajam– berada di dalam kejahilan yang sangat dalam dan kerusakan yang sangat besar. Dari keyakinan-keyakinan yang mereka sangka benar, tetapi itulah kekufuran dan kesyirikan yang sangat besar. Dari perkataan-perkataan yang mereka sangka sebagai ilmu, tetapi itulah kebodohan yang sangat dalam. Dari perbuatan-perbuatan yang mereka sangka kebaikan, tetapi itulah kerusakan yang hakiki. Karena itulah zaman itu dinamakan dengan zaman jahiliyyah yang umum dan merata kepada seluruh umat manusia, yaikni sebelum Allâh mengutus hamba-Nya dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada semua umat manusia dan jin dan menjadi rahmat untuk sekalian alam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XV/1433H/2012M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
______
Footnote
[1] Yakni dengan sengaja. Karena setiap kejahatan atau dosa dinamakan dengan kebodohan (jahil). Maka dari itu kebodohan (kejahilan) di dalam ayat yang mulia ini bukan berarti tidak tahu atau tidak sengaja.
[2] Yakni di lauhul mahfuzh.
[3] Yakni Allâh telah menetapkan atas Diri-Nya sebagaimana firman Allâh di dalam dua ayat di atas.
[4] Yakni hamba-hamba-Nya yang mu’min. Adapun orang-orang kafir dan musyrik maka tidak ada rahmat lagi bagi mereka pada hari kiamat.
[5] Orang ‘ajam ialah setiap orang yang bukan orang Arab.
[6] Surat Al Maa-idah ayat 19.
[7] Tahrif adalah merobah lafazh dan makna.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/35154-agama-islam-adalah-agama-rahmat-2.html